Selamat Datang Para Alumni SMU P@nbat T.A - 03 and Visitor....
Selamat Menikmati seluruh fasilitas yang tersedia di blogger ini..
Request kirim e-mail: my.library3@gmail.com OR call : +971501097803-sumb@t

Jumat, 13 Maret 2009

ketika Sakit Jiwa merumuskan Formula

ketika Sakit Jiwa merumuskan Formula

gmn ya.. Indonesia saat ini, apakah masih ada harapan atau masih ada dokter
yang dapat menyembuhkan sakit jiwa bangsa ini, yg keahlian sebagian besar golongan tuanya adalah mengkritik sedangkan mahasiswanya berdemo katanya sih untuk menciptakan perubahan, padahal masuk kuliah aja jarang ditambah lagi nilai mata kuliahnya yang selalu amburadul... kl tawuran saya berani kasih nilai 10 untuk yang satu ini ^-^

Sekali lagi masih aja sakit jiwa, begitu banyak partai yang terdaftar di Pemilu 2009 dengan alasan yang sama yaitu Demokrasi 100% dengan kata lain individual mendominasi kita,..??//?


Sakit Jiwa.... kita selalu mengaku negara berlandaskan agama tapi pemerkosaan, pencurian, pembunuhan merupakan hal yang wajar-wajar saja dengan pemberitaan laksana anjuran untuk kita melakukannya, sedangkan ketika seorang pergi ke Mesjid memakai pakaian baru dan Parfum semua orang akan memandang sebagai sesuatu yang aneh... kNp ya.



Tapi ketika dokter yang kita harapkan akan memberi kesembuhan kepada kita juga sakit jiwa, dan secara logika ilmiah sakit jiwa + sakit jiwa = sakit jiwa 100%

kemudian rumus berubah menjadi

Sakit Jiwa + Diri Sendiri = Sembuh 100%

keterangan Rumus :

kita selalu menyalahkan Pemberintah, Para Alim Ulama, Para Politikus atau siapa saja yang kita anggap sebagai Dokter yang akan menyembuhkan kita, padahal mereka adalah orang-orang biasa yang juga mempunyai penyakit yang sama dengan kita.... maka perubahan yang kita inginkan hasilnya adalah NiL

tetapi ketika kita percaya bahwa kita adalah dokter untuk diri kita sendiri maka kita pasti dapat sembuh dari penyakit ini,
saya mengatakan bahwa kita dokter untuk diri kita sendiri maka kita bukan dokter untuk orang lain, maka di dalam rumus tadi, tidak dikenankan apabila kita menjadi dokter untuk orang lain. Percuma karena kita hanya dikenankan menyembuhkan diri kita sendiri.


kesimpulan yang ingin saya bagi kekalian semua adalah

1. Jangan berlagak Super hero padahal kalian juga korban
2. Jangan menunggu pertolongan dari orang lain tapi bangkitlah dengan semangat( aku pasti bisa)
3. untuk Mahasiswa apa gunanya berdemo, berjuanglah dengan Nilai bukan dengan unjuk rasa, Nilai Bagus di MATA PELAJARAN merupakan kewajiban kalian untuk masa depan kalian... Negara saat ini bukan urusan kalian, setelah tamat jangan jadi pengangguran atau orang yang menyerah dengan takdir...
setelah Nilai menghasilkan Kemakmuran baru kalian bicara atas nama bangsa
4. pilihlah partai dengan pengetahuan jangan memilih dengan hati nurani palsu, karena kita hanya ikut-ikutan, kenapa kita tidak pernah mau mencari sendiri atau mengenal lebih dalam agar jangan salah memilih partai
5.Hindari Golput
6. Berdoa..


Thanks

Sakit Jiwa 03

Ingin di Kubur di Jerusalem

Ingin di Kubur di Jerusalem


Merasa usianya kian uzur, Soeharto perlu membuat wasiat tempat di mana ia harus dikubur bila kelak mati. Mungkin ia terpengaruh berita yang gencar soal wasiat mendiang Presiden Soekarno yang berkeingnan agar dimakamkan di Kebun Raya Bogor.

Soeharto segera mengumpulkan para penasehat spiritual dan paranormal istana, menteri kabinet, pimpinan angkatan bersenjata, putra-putri dan para sahabatnya.

"Saya sudah tua, mungkin sebentar lagi saya mati. Menurut kalian sebaiknya jenasah daripada saya dimakamkan dimana?" tanya Soeharto dengan senyumnya yang khas.

"Bukankah menurut kesepakatan keluarga, Bapak akan dimakamkan disamping makam ibu di Astana Giri Bangun?" tanya Mbak Tutut.

Seperti biasa, Soeharto manggut-manggut. "Tidak, saya berubah pikiran," katanya. Mbak Tutut dan anak-anak presiden yang lain terkejut, namun tidak berani memprotes.

"Kelak jika saya mati saya ingin dimakamkan di Bukit Golgota, di luar kota Jerusalem, tempat Nabi Isa disalibkan," lanjut Soeharto dengan wajah yang serlus. Orang-orang yang hadir kontan terkejut dengan wasiat Soeharto ini.

Lukman Harun, tokoh Anti Zionis yang juga hadir tak bisa menyembunyikan rasa tidak setujunya. Apalagi Nabi Isa adalah Tuhan bagi orang Kristen.

"Bapak Presiden, ini tak mungkin dan amat berbahaya. Wilayah itu kan diduduki Zionis Israel dan kita sejak dulu anti-Zionis. Dunia Arab dan kelompok-kelompok anti-Zionis di tanah air akan marah kepada bapak jika ini terjadi. Dampaknya akan terkena juga kepada putera-putera dan cucu bapak yang akan Bapak tinggalkan," kata Lukman berapi-api

"Saudara Lukman. Itu sangat tidak mungkin. Karena setelah tiga hari saya dikuburkan, saya akan bangkit dan berkuasa lagi untuk selama-lamanya. Dan tak seorang pun akan punya nyali untuk mengusik daripada saya," kata Soeharto.

Sumbangan Terbesar untuk Rakyat Indonesia

Sumbangan Terbesar untuk Rakyat Indonesia


Kunjungan singkat Soeharto ke beberapa desa di Sulawesi Selatan menyenangkan hati bagi pemimpin yang sudah berkuasa 30 tahun itu. Masyarakat desa setempat menyambutnya dengan meriah. Umbul-umbul dipasang di jalan-jalan desa, bendera merah putih dikibarkan di setiap sudut desa. Tak lupa spanduk-spanduk yang berisi puji-pujian bagi Bapak Pembangunan ini bertebaran dimana-mana.

Soeharto benar-benar terharu. "Lihat, rakyat Indonesia masih mencintai saya," katanya kepada Mensesneg Moerdiono yang setia mendampinginya

Singkat cerita, kunjungan berakhir membahagiakan. Soeharto bersama rombongan yang terdiri atas Mbak Tutut, Titiek Prabowo, Bob Hasan dan Moerdiono terbang dengan helikopter meninggalkan desa tersebut.

Di atas sebuah desa yang dilihat dari udara tampak miskin, Soeharto tampak tertegun. Di bawah tampak pemandangan ratusan warga desa melambai-lambaikan tangan menyambut heli rombongan Presiden yang berkenan melintas di atas desa mereka.

"Kasihan, miskin sekali desa itu," kata Soeharto.

Lalu ia mengeluarkan uang pecahan Rp 50 ribu yang bergambar dirinya. Ketika ia hendak melemparkannya, Mbak Tutut mencegahnya. "Biarlah saya tukar dengan pecahan puluhan ribu agar ada lima orang yang bergembira menerimanya," kata Mbak Tutut.

Titiek Prabowo yang mendengar usulan brilyan kakaknya itu segera menukas, "Kalau begitu saya tukarnya dengan pecahan lima ribuan agar ada sepuluh orang yang bergembira menerimanya."

Bob Hasan pun ikut memberi usul. "Biarlah saya tukar saja dengan pecahan seribu agar ada lima puluh orang yang bergembira menerimanya," kata konglomerat yang punya prestasi dibidang pembabatan hutan Indonesia itu.

Soeharto pun hanya manggut-manggut. Namun Moerdiono yang sejak tadi nampak jengkel kemudian memberi usulan pada Soeharto.

"Mengapa bukan Bapak Presiden saja yang dilempar ke luar, agar ada 200 juta orang yang bergembira?"

Sesama Setan

Sesama Setan


Setelah bermalam di Musdalifah, Soeharto beserta rombongan dan pengawalnya menuju Mina untuk melempar jumroh sebanyak tiga kali, yang disebut sebagai Ula, Wusta dan Aqobah. Bagian dari ibadat haji ini merupakan simbol dari upaya mengusir setan sebelum ke Masjidil Haram.


Begitu tiba di tempat melempar jumroh pada saat subuh, Pak Harto segera mengambil batu dan melemparkannya kearah tiang tempat setan. Namus Soeharto dan rombongan sangat terkejut begitu batu yang dilemparkannya itu kembali kearah dirinya dari arah kegelapan. Untung anggota Paspampres yang berada di dekat Soeharto sigap menangkapnya.

Setelah bisa menguasai diri, Soeharto kembali mengambil batu dan melemparkannya sekali lagi ke arah tiang. Namun kali ini, batu yang dilempar kembali. Para anggota Paspampres segera menyebar. Semua anggota rombongan tegang. Mereka mengira ada anggota ekstrem kanan yang berniat membunuh Soeharto.

"He, siapa kamu yang melempar batu ke arah presiden? Saya perintahkan keluar. Cepat, atau saya tembak!" teriak kepala Paspampres.

Tunggu punya tunggu tak ada siapa pun yang tampak. Namun, tiba-tiba dari balik kegelapan tempat tiang setan terdengar suara, "He, sesama setan dilarang saling melempar batu!"

Masker

Masker

Sebuah pertemuan tingkat menteri ASEAN baru-baru ini diadakan di Jakarta. Acara yang digelar adalah membahas keganasan asap dari kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra - yang menyebabkan orang-orang di Kuala Lumpur dan Serawak pada sesak nafas dan terpaksa memakai masker. Bahkan Perdana Menteri Mahathir, mungkin untuk mengejek Soeharto, juga memakai masker dalam berpidato di depan umum.

Selanjutnya dalam pertemuan Jakarta itu Menteri Lingkungan Hidup Sarwono datang. Yang menarik ialah bahwa ia satu-satunya yang memakai masker yang menutup hidung dan mulutnya. Koleganya dari Malaysia heran dan bertanya, "Kok you pakai masker seperti kami? Kan Jakarta tidak kena asap?"

Sarwono, lantaran memakai masker, tentu tidak bisa menjawab. Ia mengambil ballpointnya dan menulis di secarik kertas, "Ssttt. Mulut saya pakai masker bukannya sebab takut asap. Presiden menyuruh saya tutup mulut."

Ah, itu potrek Penjahat

Ah, itu potrek Penjahat


Suatu hari saat Syarwan Hamid dengan pengawalan ketat melakukan inspeksi ke sejumlah pemukiman di Baucau, Timor Timur. Di kawasan itu Syarwan keluar-masuk rumah penduduk dan memeriksa semua isi rumah secara detil. Rupanya Syarwan ingin menyaksikan bagaimana penduduk Timor Timur menata rumahnya, sekaligus seberapa jauh proses integrasi telah berhasil.

Di ruang tamu beberapa rumah penduduk Syarwan melihat terpampang gambar burung garuda dan potret Presiden Soeharto serta Wakil Presiden Try Sutrisno di sebelah kanan-kirinya.

"Wah, ternyata Bapa sudah sadar dengan arti integrasi ya. Dan rupanya Bapa sudah tahu bahwa presiden di Timor-Timur adalah Soeharto dan wakilnya adalah Try Sutrisno. Selamat Bapa," ujar Syarwan sambil memberikan uang Rp 100 ribu.

Hal itu dilakukannya kepada setiap penghuni rumah yang diketahui memasang lambang garuda dan potret presiden dan wapres.

Kini giliran rumah Manuel yang dikenal sebagai anti-integrasi diinspeksi Syarwan dan rombongannya. Ketika masuk ke ruang tamu, Syarwan tampak tertegun melihat di ruang tamu rumah Manuel tergantung sebuah patung Yesus Kristus tengah disalib. Sedang di kanan-kirinya terpampang gambar Soeharto dan Try Sutrisno.

... Manuel dan istrinya sempat tegang. Tapi senyum Syarwan pun segera mengembang. "Tak saya sangka Bapa Manuel telah sadar dengan arti integrasi. Terima kasih bahwa Bapa telah menyejajarkan Pak Harto dan Pak Try dengan Yesus," ujar Syarwan sambil memerintahkan anak buahnya menyerahkan uang sebesar Rp 500 ribu sebagai penghargaan kepada Manuel.

Ketika rombongan berlalu, datang tetangga Manuel bernama Mariano. "Lho bukankah Bapa selama ini anti pada penindasan yang dijalankan oleh’’ penguasa Orde Baru? Apa betul Bapa menyejajarkan Soeharto dan Try Sutrisno dengan Yesus?" tanya Mariano.

"Ah siapa bilang. Itu kan kata si Syarwan. Apa yang ada di ruang tamu ini kan seperti adegan penyaliban di Golgota. Saat itu bersama Yesus, turut disalib dua orang penjahat di sebelah kiri dan kanannya," jawab Manuel enteng.

Kamus Humor

Kamus Humor


AIDS = Aku Ingin Ditelepon Soeharto (catatan: biasanya terjadi pada saat pembentukan kabinet)
Bambang = Bagaimanapun Aku Memang BANGsat
Bimantara = Bambang Ingin Menguasai nusANTARA
Bimantara = BIni, Mantu, Anak TAmak dan RAkus
Golkar = GOLongan KOruptor and Rakus
Habibi = Habis bikin bingung (menjual)
Habibi = Hanya bisa bikin
HARMOKO = gayanya garang bagai HARimau, lucu kayak MOnyet, tukang jilat kayak Kodok
HARMOKO = HARi-hari oMOng Kosong
IMF = Indonesia Makin Fatal
Internet = Indomie Telur dan Cornet
Internet = Indonesia terkenal negatif terus
Korpri = Korban printah
KUHP = Kasih Uang Habis Perkara
LUBER = LUBangi BERingin
NIP = Nrimo Ing Pandum (Nerima apa adanya, gaji PNS kecil)
PBB = Pajak untuk Babe-Babe
PEMILU = PENipuan Umum
PKI = Partai kolusi antar birokrat militer konglomerat Indonesia
PORKAS = Penyebab Orang Rusak Karena Ajaran Soeharto
PPP = Putra Putri Presiden (nan rakus)
PRABOWO = PRAwan BOleh Waria Oke
SDSB = Soeharto Dalang Segala Bencana
SIGIT = Suka Itunya digiGIT
STTNAS = Soeharto Turun Tahta Negara Aman Sentosa
Suharto = SUdah HArus Tobat
Suharto = SUka HARta dan arTO
Supersemar = SUharto PERgi SEperti MARcos
Surjadi = SURuh apa saJA jaDI
Timor = Tommy Ingin Maya Olivia Rumantir
Timor = Tommy Itu Memang Orang Rakus
Turunkan harga = Turunkan Harto dan Keluarga
Tutut = Tanpa malu Terima Upeti Terus (sampai mati)
Tutut = Tanpa Usaha Tapi Untung Terus
TVRI = TV Ribut Iuran
UUD '45 = Usaha untuk dilestarikan (walau ada beberapa kelemahan)

Yang Boleh Dan Yang TIdak

Yang Boleh Dan Yang TIdak


Seorang jendral Militer mengundang para wartawan guna memberi arahan apa yang boleh diberitakan dan apa yang tidak boleh diberitakan.

"Berita Suksesi tidak boleh ditulis, Presiden tidak suka. Pemogokan buruh, jangan ditulis, nanti terjadi konflik. Berita korupsi tidak boleh dipolitisir, wibawa pemerintah rusak. Monopoli tidak boleh menyebut keluarga Presiden, itu tidak etis. Politik tidak boleh memihak rakyat, nanti resah. Kenaikan harga tidak boleh dijadikan berita utama, rakyat nanti marah. Berita ini tidak boleh.... Berita ini tidak boleh....dst."

Seorang wartawan muda yang tidak sabar lalu menyela, "kalau begitu Jendral, apa yang boleh kami beritakan?"

Si Jendral menjawab dengan tenang, " kalian beritakan yang barusan saya ucapkan!"

Rehabilitasi oleh Tuhan

Rehabilitasi oleh Tuhan


Di akherat, Tuhan memerintahkan malaikat untuk memberi rehabilitasi pada para jendral militer yang banyak membunuh rakyat. Untuk itu mereka akan dikirim kembali dunia, dan ditanyakan apa yang akan dilakukan.

Jendral Franco dari Spanyol, "terima kasih Tuhan, aku akan meminta maaf pada rakyatku, lalu menjadi biarawan dan memuji namaMu."

Jendral Salazar dari portugal, "terima kasih Bunda Maria, aku akan pergi dari pintu ke pintu di seluruh negeri untuk minta dikasihani."

Jendral Pinochet dari Chile. "terima kasih Jesus, aku akan menjadi buruh miskin dan memimpin mereka melawan ketidakadilan."

Seorang Jendral dari Indonesia berkata, "Ampun Tuhan! Tolong jangan kirim saya ke dunia! Kirim saja saya ke neraka. Biarlah 2 Juta orang komunis menghujat saya, Ribuan dan ratusan warga Priok, Nipah, Lampung, Tim-Tim, Aceh , dan korban 27 Juli mengumpat saya! Di dunia sana, 190 juta orang tidak segan untuk membunuh saya dua kali."

Rajane Presiden

Rajane Presiden



... ada pejabat pemerintah Indonesia mengadakan peninjauan lapangan di sebuah kampung di pelosok Pulau Madura (Jatim). Seperti biasanya kalau ada pejabat pemerintah (dari Jakarta) yang datang masyarakat dikumpulkan untuk menyambut tamu tersebut, sekalian untuk tatap-muka dan berdialog. ... setelah berdialog kesana-kemari akhirnya pejabat tersebut ingin mengetest pengetahuan masyarakat setempat ..., maka dia tanya kepada seorang pria berumur 40 tahunan ..., sebut saja bapak A.

Pejabat: " ... bapak A, apakah bapak tahu siapa presiden Republik Indonesia?"

Bapak A: " ... yok apa sey (gimana sih), ... presiden Republik Indonesia ... ya banyak sekali pak!"

Pejabat (... sedikit bingung dan geli ...): "Lho ... apa maksud bapak?"

Bapak A: "Yaah ... presiden Republik Indonesia memang banyak pak, tergantung keadaan pak, ... kadang-kadang ya pak Harmoko (ket: MenPen), ... kadang-kadang ya pak Ali Alatas (ket: MenLu), ... tergantung lah pak, ... siapa yang muncul di televisi ..."

Pejabat ( ... masih geli dan tetap ingin tahu ... ): "Nah ... kalau begitu siapa dong Pak Harto itu?"

Bapak A (dengan semangat tinggi menjawab): "Wah kalau Pak Harto itu jelas RAJANE PRESIDEN ... pak!"

Dimana Otaknya

Dimana Otaknya


Seorang Indonesia menderita kecelakaan parah sehingga membutuhkan operasi otak yang canggih di USA. Dokter di USA yang sedang melakukan operasi tersebut melakukan pembedahan pada kepala korban, namun terjadi heboh besar karena ternyata didalam kepala korban tidak terdapat otak. Karena mengalami jalan buntu, dokter tersebut menelpon koleganya yang biasa menangani operasi otak orang Indonesia. Kolega ini dengan tenangnya menyarankan agar dokter tersebut jangan mencari otak orang Indonesia di kepala tetapi di "dengkul" (= lutut) ... voila ... ternyata setelah dicheck ... memang betul otak orang Indonesia tersebut betul-betul di "dengkul."

Obral Otak

Obral Otak

Pada 30 tahun yang akan datang, teknologi rekayasa genetika sudah demikian berkembangnya, sehingga cangkok otak sudah dapat dilaksanakan dengan mudah. Oleh karena itu banyak otak yang diawetkan menunggu pasien yang membutuhkan. Di suatu bank/toko donor otak dijual otak dari berbagai negara di dunia. Dibawah ini adalah daftar harga otak berdasarkan negara asal.

Asal Otak Harga
USA free/obral/sale
Inggris Rp. 1.000.000,-
Jerman Rp. 900.000,-
Jepang Rp. 100.000,-
... ...
Indonesia Rp. 1.000.000.000,-

Melihat daftar harga yang semacam itu, seorang turis yang masuk toko tersebut menjadi heran, terus dia bertanya kepada yang empunya toko

"Pak, ... maaf pak kelihatannya daftar harga anda itu salah dan terbalik"

Yang punya toko: "Oh ... tidak bung, harga otak tersebut memang betul, ... otak yang termurah adalah otak USA dan Jepang karena sering digunakan jadi sudah rongsokan, ... kalau anda membutuhkan otak, yang terbaik adalah otak Indonesia, karena masih orisinil, belum pernah dipakai selama hidup ..."

Mohon Petunjuk

Mohon Petunjuk

Pada waktu mengadakan kunjungan kerja ke daerah meninjau kelompencapir (kelompok penjilat, pengecap dan tukang sihir). Menteri Harmoko disertai para punakawan (al. Dirjen RTF, PPG dan Direktur TVRI=TV Ribut Iuran) menaiki pesawat dengan gayanya yang kocak dan khas. Seorang pramugari yang tergopoh-gopoh (karena melayani menteri) secara tidak sengaja menyenggol topi yang dipakai bapak menteri kita ini, sehingga topi tsb. terjatuh.
Sang pramugari secara spontan dan wajah sedikit ketakutan segera minta maaf dan akan mengambil topi yang terjatuh itu. Tapi apa yang terjadi? Harmoko segera menghardiknya "Stop, jangan diambil dulu !" Sang pramugari bertanya dengan nada heran "Kenapa pak?"

"Saya akan minta petunjuk dahulu kepada Bapak Presiden" jawab Harmoko kalem, sambil memberi perintah pada salah seorang punakawan untuk mengontak Cendana melalui HP-nya.

Srimulat

Srimulat


Beberapa tahun silam, panggung Sri Mulat (kelompok lawak tradisional asal Jawa Timur) di Taman Ria - Senayan ditutup. Apa pasal? Menurut desas-desus yang beredar di kalangan seniman lawak dikatakan bahwa bubarnya Sri Mulat di Taman Ria - Senayan karena "kalah lucu" dengan banyolan para anggota DPR yang kebetulan berlokasi di dekatnya.

Benar tidaknya wallahualam, karena nyatanya Sri Mulat jadi sepi penonton.

Benazir Bhutto dan Tutut

Benazir Bhutto dan Tutut



Mbak Tutut, anak Soeharto, sangat ambisius sekali untuk menjadi pemimpin negara, walaupun kemampuannya hanya begitu-begitu saja. Saking ambisinya, Tutut berusaha menghubungi orang-orang beken dunia untuk dimintai nasehat. Yang menjadi pilihan Tutut untuk dimintai nasehat adalah perdana menteri wanita Pakistan, Benazir Bhutto.

Pada konsultasi yang pertama melalui telepon, Tutut bertanya, "Mbak Benazir, coba tolong saya, bagaimana sih caranya untuk bisa menjadi presiden."

"Oh, itu mudah," ujar Benazir, "coba Mbak Tutut memakai kacamata seperti saya."

Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir, memakai kacamata. Namun sudah sebulan menggunakan kacamata, tetap tidak dipilih mejadi presiden. Terus dia telepon lagi Benazir.

"Mbak Benazir, gimana nih," kata Tutut, "masak saya sudah memakai kaca mata, kok masih belum dipilih juga menjadi presiden."

"Oh, memang masih ada syarat yang lainnya sih," ujar Benazir, "coba Mbak Tutut memakai kerudung seperti saya."

Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir, memakai kerudung. Ternyata berhasil, sesudah sebulan menggunakan kerudung, Tutut akhirnya diangkat menjadi menteri lauk-pauk (= menteri Soksial). Namun dasar rakus dan ambisius, Tutut tetap ingin mejadi presiden. Terus dia telepon lagi Benazir.

"Mbak Benazir, gimana nih," ujar Tutut di telepon, "masak saya sudah berkacamata dan berkerudung seperti Mbak Benazir, tetapi kok saya cuma dipilih jadi menteri. Gimana sih syaratnya supaya jadi presiden."

Dengan agak sungkan Benazir menjawab, "Memang sih, masih ada syarat yang lain, cuma yang ini paling berat dan mungkin anda tidak mampu melaksanakannya!"

Tutut karena penasaran dan ambisius, dengan semangat berapi-api bertanya lagi, "Ayo donk Mbak Benazir, katakan saja syarat itu, saya pasti akan melaksanakannya."

Benazir Bhutto tetap saja sungkan memberitahukan syarat yang terakhir itu, namun karena didesak oleh Tutut berkali-kali, akhirnya Benazir berkata, "Begini dik Tutut, supaya anda dapat menjadi presiden, anda harus mengikuti langkah saya yaitu bapak anda harus digantung seperti yang dialami bapak saya."

Kiat Tommy Menurunkan Harga Semen

Kiat Tommy Menurunkan Harga Semen


Pada saat wawancara di TV, Tommy menyombongkan diri bahwa dia bisa menurunkan harga semen secara cepat. Pewawancara dengan sigap bertanya, "Bagaimana caranya?" Tommy dengan kalemnya menjawab, "Bentuk saja Badan Penyangga Perdagangan Semen, pasti harga semen akan turun. Seperti saat BPPC dibentuk, harga cengkeh langsung turun drastis."

Pengalaman Pak HArto

Pengalaman Pak HArto


Seperti jamaknya pensiunan jendral ABRI di negara kita, mereka masih dipekerjakan di sektor swasta atau di lembaga-lembaga lain yang membutuhkan atau dipaksa untuk membutuhkan. Kata mereka yang membela sistem ini adalah untuk mengurangi dampak negatif dari apa yang terkenal dengan "post power syndrome."

Rupanya Soeharto pun tidak lepas dari kerangka berpikir seperti di atas. Jadi dia memang masih berharap jika dia pensiun dari presiden, masih dibutuhkan di tempat lain.

Namun, sebagai jendral, rupanya dia sudah membayangkan skenario yang bakal terjadi kalau dia pensiun. Beginilah bayangan dia: "Kalau saya nanti pensiun, dan akan ditempatkan di suatu perusahaan, pasti akan diadakan wawancara dahulu." Kemudian Soeharto membayangkan percakapan dalam wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

Pewawancara, "Pak Harto, apakah pengalaman bapak sebelum ini?

Soeharto menjawab, "Saya berpengalaman menjadi presiden!"

Pewawancara, "Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik isteri?"

Soeharto menjawab dengan agak malu, "Saya tidak berpengalaman"

Pewawancara, "Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik anak?"

Soeharto menjawab dengan tersipu, "Saya tidak berpengalaman"

Pewawancara terus saja melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan kepada orang-orang biasa, ternyata setiap pertanyaan tersebut dijawab oleh Soeharto dengan "tidak berpengalaman" yang tentu saja betul. Oleh karena itu, Soeharto, setelah membayangkan kemungkinan diterima untuk menjadi pegawai di suatu perusahaan adalah kecil, dan mengingat dia tidak punya pengalaman selain menjadi presiden, maka dia bersumpah dalam hati: "Aku harus jadi presiden, sampai mati!, karena itu saja yang saya pengalaman."