tag:blogger.com,1999:blog-16865701920830063332024-03-13T03:06:35.709-07:00Dunia - ketawe.comKadang Cinta Dapat menjadi sebuah perasaan indah yang sangat berharga tapi apakah semua yang berharga itu cinta, dan apakah cinta itu sebenarnyaAlummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.comBlogger24125tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-85267841259657898362009-03-13T13:37:00.000-07:002009-03-13T14:45:15.306-07:00ketika Sakit Jiwa merumuskan Formula<span style="font-family: georgia; font-weight: bold;">ketika Sakit Jiwa merumuskan Formula</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">gmn ya.. Indonesia saat ini, apakah masih ada harapan atau masih ada dokter</span><br /><span style="font-family: georgia;">yang dapat menyembuhkan <span style="font-weight: bold;">sakit jiwa</span> bangsa ini, yg keahlian sebagian besar golongan tuanya adalah<span style="font-style: italic; font-weight: bold;"> mengkritik</span> sedangkan mahasiswanya <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">berdemo</span> katanya sih untuk menciptakan perubahan, padahal masuk kuliah aja jarang ditambah lagi nilai mata kuliahnya yang selalu amburadul... </span><span style="font-style: italic;">kl tawuran saya berani kasih nilai 10 untuk yang satu ini</span> ^-^<br /><br /><span style="font-family: georgia;">Sekali lagi masih aja </span><span style="font-weight: bold; font-family: georgia;">sakit jiwa</span><span style="font-family: georgia;">, begitu banyak partai yang terdaftar di Pemilu 2009 dengan alasan yang sama yaitu Demokrasi 100% dengan kata lain individual mendominasi kita,..??//?<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Sakit Jiwa....</span> kita selalu mengaku negara berlandaskan agama tapi pemerkosaan, pencurian, pembunuhan merupakan hal yang wajar-wajar saja dengan pemberitaan laksana anjuran untuk kita melakukannya, sedangkan ketika seorang pergi ke Mesjid memakai pakaian baru dan Parfum semua orang akan memandang sebagai sesuatu yang aneh... kNp ya.</span><br /><br /><br />Tapi ketika dokter yang kita harapkan akan memberi kesembuhan kepada kita juga <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">sakit jiwa, </span>dan secara logika ilmiah <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">sakit jiwa</span> <span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;">+ sakit jiwa = sakit jiwa 100%<br /><br /><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-weight: bold;"></span></span></span></span></span></span><span style="font-weight: bold; font-style: italic;"></span><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"></span></span></span></span></span></span><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;">kemudian rumus berubah menjadi<br /><br />Sakit Jiwa + Diri Sendiri = Sembuh 100%<br /><span style="font-family: arial;"><span style="font-style: italic;"><br />keterangan Rumus :<br /><br />kita selalu menyalahkan Pemberintah, Para Alim Ulama, Para Politikus atau siapa saja yang kita anggap sebagai Dokter yang akan menyembuhkan kita, padahal mereka adalah orang-orang biasa yang juga mempunyai penyakit yang sama dengan kita.... maka perubahan yang kita inginkan hasilnya adalah NiL<br /><br />tetapi ketika kita percaya bahwa kita adalah dokter untuk diri kita sendiri maka kita pasti dapat sembuh dari penyakit ini, </span></span></span></span></span></span></span>saya mengatakan bahwa kita dokter untuk diri kita sendiri maka kita bukan dokter untuk orang lain, maka di dalam rumus tadi, tidak dikenankan apabila kita menjadi dokter untuk orang lain. Percuma karena kita hanya dikenankan menyembuhkan diri kita sendiri.</span><br /><br />kesimpulan yang ingin saya bagi kekalian semua adalah<br /><br />1. Jangan berlagak Super hero padahal kalian juga korban<br />2. Jangan menunggu pertolongan dari orang lain tapi bangkitlah dengan semangat( aku pasti bisa)<br />3. untuk Mahasiswa apa gunanya berdemo, berjuanglah dengan Nilai bukan dengan unjuk rasa, Nilai Bagus di MATA PELAJARAN merupakan kewajiban kalian untuk masa depan kalian... Negara saat ini bukan urusan kalian, setelah tamat jangan jadi pengangguran atau orang yang menyerah dengan takdir...<br />setelah Nilai menghasilkan Kemakmuran baru kalian bicara atas nama bangsa<br />4. pilihlah partai dengan<span style="font-style: italic;"> pengetahuan jangan memilih dengan hati nurani</span> palsu, karena kita hanya ikut-ikutan, kenapa kita tidak pernah mau mencari sendiri atau mengenal lebih dalam agar jangan salah memilih partai<br />5.Hindari Golput<br />6. Berdoa..<br /><br /><br />Thanks<br /><br />Sakit Jiwa 03Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-67999871263091764182009-03-13T13:31:00.000-07:002009-03-13T13:32:21.195-07:00Ingin di Kubur di Jerusalem<span style="font-weight:bold;">Ingin di Kubur di Jerusalem</span><br /><br /><br />Merasa usianya kian uzur, Soeharto perlu membuat wasiat tempat di mana ia harus dikubur bila kelak mati. Mungkin ia terpengaruh berita yang gencar soal wasiat mendiang Presiden Soekarno yang berkeingnan agar dimakamkan di Kebun Raya Bogor.<br /><br />Soeharto segera mengumpulkan para penasehat spiritual dan paranormal istana, menteri kabinet, pimpinan angkatan bersenjata, putra-putri dan para sahabatnya.<br /><br />"Saya sudah tua, mungkin sebentar lagi saya mati. Menurut kalian sebaiknya jenasah daripada saya dimakamkan dimana?" tanya Soeharto dengan senyumnya yang khas.<br /><br />"Bukankah menurut kesepakatan keluarga, Bapak akan dimakamkan disamping makam ibu di Astana Giri Bangun?" tanya Mbak Tutut.<br /><br />Seperti biasa, Soeharto manggut-manggut. "Tidak, saya berubah pikiran," katanya. Mbak Tutut dan anak-anak presiden yang lain terkejut, namun tidak berani memprotes.<br /><br />"Kelak jika saya mati saya ingin dimakamkan di Bukit Golgota, di luar kota Jerusalem, tempat Nabi Isa disalibkan," lanjut Soeharto dengan wajah yang serlus. Orang-orang yang hadir kontan terkejut dengan wasiat Soeharto ini.<br /><br />Lukman Harun, tokoh Anti Zionis yang juga hadir tak bisa menyembunyikan rasa tidak setujunya. Apalagi Nabi Isa adalah Tuhan bagi orang Kristen.<br /><br />"Bapak Presiden, ini tak mungkin dan amat berbahaya. Wilayah itu kan diduduki Zionis Israel dan kita sejak dulu anti-Zionis. Dunia Arab dan kelompok-kelompok anti-Zionis di tanah air akan marah kepada bapak jika ini terjadi. Dampaknya akan terkena juga kepada putera-putera dan cucu bapak yang akan Bapak tinggalkan," kata Lukman berapi-api<br /><br />"Saudara Lukman. Itu sangat tidak mungkin. Karena setelah tiga hari saya dikuburkan, saya akan bangkit dan berkuasa lagi untuk selama-lamanya. Dan tak seorang pun akan punya nyali untuk mengusik daripada saya," kata Soeharto.Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-85968241273505315942009-03-13T13:28:00.000-07:002009-03-13T13:29:41.509-07:00Sumbangan Terbesar untuk Rakyat Indonesia<span style="font-weight:bold;">Sumbangan Terbesar untuk Rakyat Indonesia<br /></span><br /><br />Kunjungan singkat Soeharto ke beberapa desa di Sulawesi Selatan menyenangkan hati bagi pemimpin yang sudah berkuasa 30 tahun itu. Masyarakat desa setempat menyambutnya dengan meriah. Umbul-umbul dipasang di jalan-jalan desa, bendera merah putih dikibarkan di setiap sudut desa. Tak lupa spanduk-spanduk yang berisi puji-pujian bagi Bapak Pembangunan ini bertebaran dimana-mana.<br /><br />Soeharto benar-benar terharu. "Lihat, rakyat Indonesia masih mencintai saya," katanya kepada Mensesneg Moerdiono yang setia mendampinginya<br /><br />Singkat cerita, kunjungan berakhir membahagiakan. Soeharto bersama rombongan yang terdiri atas Mbak Tutut, Titiek Prabowo, Bob Hasan dan Moerdiono terbang dengan helikopter meninggalkan desa tersebut.<br /><br />Di atas sebuah desa yang dilihat dari udara tampak miskin, Soeharto tampak tertegun. Di bawah tampak pemandangan ratusan warga desa melambai-lambaikan tangan menyambut heli rombongan Presiden yang berkenan melintas di atas desa mereka.<br /><br />"Kasihan, miskin sekali desa itu," kata Soeharto.<br /><br />Lalu ia mengeluarkan uang pecahan Rp 50 ribu yang bergambar dirinya. Ketika ia hendak melemparkannya, Mbak Tutut mencegahnya. "Biarlah saya tukar dengan pecahan puluhan ribu agar ada lima orang yang bergembira menerimanya," kata Mbak Tutut.<br /><br />Titiek Prabowo yang mendengar usulan brilyan kakaknya itu segera menukas, "Kalau begitu saya tukarnya dengan pecahan lima ribuan agar ada sepuluh orang yang bergembira menerimanya."<br /><br />Bob Hasan pun ikut memberi usul. "Biarlah saya tukar saja dengan pecahan seribu agar ada lima puluh orang yang bergembira menerimanya," kata konglomerat yang punya prestasi dibidang pembabatan hutan Indonesia itu.<br /><br />Soeharto pun hanya manggut-manggut. Namun Moerdiono yang sejak tadi nampak jengkel kemudian memberi usulan pada Soeharto.<br /><br />"Mengapa bukan Bapak Presiden saja yang dilempar ke luar, agar ada 200 juta orang yang bergembira?"Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-59511312369434383972009-03-13T13:24:00.000-07:002009-03-13T13:26:26.125-07:00Sesama Setan<span style="font-weight:bold;">Sesama Setan</span><br /><br /><br />Setelah bermalam di Musdalifah, Soeharto beserta rombongan dan pengawalnya menuju Mina untuk melempar jumroh sebanyak tiga kali, yang disebut sebagai Ula, Wusta dan Aqobah. Bagian dari ibadat haji ini merupakan simbol dari upaya mengusir setan sebelum ke Masjidil Haram.<br /> <br /><br />Begitu tiba di tempat melempar jumroh pada saat subuh, Pak Harto segera mengambil batu dan melemparkannya kearah tiang tempat setan. Namus Soeharto dan rombongan sangat terkejut begitu batu yang dilemparkannya itu kembali kearah dirinya dari arah kegelapan. Untung anggota Paspampres yang berada di dekat Soeharto sigap menangkapnya.<br /><br />Setelah bisa menguasai diri, Soeharto kembali mengambil batu dan melemparkannya sekali lagi ke arah tiang. Namun kali ini, batu yang dilempar kembali. Para anggota Paspampres segera menyebar. Semua anggota rombongan tegang. Mereka mengira ada anggota ekstrem kanan yang berniat membunuh Soeharto.<br /><br />"He, siapa kamu yang melempar batu ke arah presiden? Saya perintahkan keluar. Cepat, atau saya tembak!" teriak kepala Paspampres.<br /><br />Tunggu punya tunggu tak ada siapa pun yang tampak. Namun, tiba-tiba dari balik kegelapan tempat tiang setan terdengar suara, "He, sesama setan dilarang saling melempar batu!"Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-3259552387751301442009-03-13T13:23:00.000-07:002009-03-13T13:24:20.794-07:00Masker<span style="font-weight:bold;">Masker</span><br /><br />Sebuah pertemuan tingkat menteri ASEAN baru-baru ini diadakan di Jakarta. Acara yang digelar adalah membahas keganasan asap dari kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra - yang menyebabkan orang-orang di Kuala Lumpur dan Serawak pada sesak nafas dan terpaksa memakai masker. Bahkan Perdana Menteri Mahathir, mungkin untuk mengejek Soeharto, juga memakai masker dalam berpidato di depan umum.<br /><br />Selanjutnya dalam pertemuan Jakarta itu Menteri Lingkungan Hidup Sarwono datang. Yang menarik ialah bahwa ia satu-satunya yang memakai masker yang menutup hidung dan mulutnya. Koleganya dari Malaysia heran dan bertanya, "Kok you pakai masker seperti kami? Kan Jakarta tidak kena asap?"<br /><br />Sarwono, lantaran memakai masker, tentu tidak bisa menjawab. Ia mengambil ballpointnya dan menulis di secarik kertas, "Ssttt. Mulut saya pakai masker bukannya sebab takut asap. Presiden menyuruh saya tutup mulut."Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-38003471402560178152009-03-13T13:21:00.000-07:002009-03-13T13:22:23.192-07:00Ah, itu potrek Penjahat<span style="font-weight:bold;">Ah, itu potrek Penjahat</span><br /><br /><br />Suatu hari saat Syarwan Hamid dengan pengawalan ketat melakukan inspeksi ke sejumlah pemukiman di Baucau, Timor Timur. Di kawasan itu Syarwan keluar-masuk rumah penduduk dan memeriksa semua isi rumah secara detil. Rupanya Syarwan ingin menyaksikan bagaimana penduduk Timor Timur menata rumahnya, sekaligus seberapa jauh proses integrasi telah berhasil.<br /><br />Di ruang tamu beberapa rumah penduduk Syarwan melihat terpampang gambar burung garuda dan potret Presiden Soeharto serta Wakil Presiden Try Sutrisno di sebelah kanan-kirinya.<br /><br />"Wah, ternyata Bapa sudah sadar dengan arti integrasi ya. Dan rupanya Bapa sudah tahu bahwa presiden di Timor-Timur adalah Soeharto dan wakilnya adalah Try Sutrisno. Selamat Bapa," ujar Syarwan sambil memberikan uang Rp 100 ribu.<br /><br />Hal itu dilakukannya kepada setiap penghuni rumah yang diketahui memasang lambang garuda dan potret presiden dan wapres.<br /><br />Kini giliran rumah Manuel yang dikenal sebagai anti-integrasi diinspeksi Syarwan dan rombongannya. Ketika masuk ke ruang tamu, Syarwan tampak tertegun melihat di ruang tamu rumah Manuel tergantung sebuah patung Yesus Kristus tengah disalib. Sedang di kanan-kirinya terpampang gambar Soeharto dan Try Sutrisno.<br /><br />... Manuel dan istrinya sempat tegang. Tapi senyum Syarwan pun segera mengembang. "Tak saya sangka Bapa Manuel telah sadar dengan arti integrasi. Terima kasih bahwa Bapa telah menyejajarkan Pak Harto dan Pak Try dengan Yesus," ujar Syarwan sambil memerintahkan anak buahnya menyerahkan uang sebesar Rp 500 ribu sebagai penghargaan kepada Manuel.<br /><br />Ketika rombongan berlalu, datang tetangga Manuel bernama Mariano. "Lho bukankah Bapa selama ini anti pada penindasan yang dijalankan oleh’’ penguasa Orde Baru? Apa betul Bapa menyejajarkan Soeharto dan Try Sutrisno dengan Yesus?" tanya Mariano.<br /><br /> "Ah siapa bilang. Itu kan kata si Syarwan. Apa yang ada di ruang tamu ini kan seperti adegan penyaliban di Golgota. Saat itu bersama Yesus, turut disalib dua orang penjahat di sebelah kiri dan kanannya," jawab Manuel enteng.Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-15182735092882895792009-03-13T13:14:00.000-07:002009-03-13T13:15:16.626-07:00Kamus Humor<span style="font-weight:bold;">Kamus Humor</span><br /><br /><br />AIDS = Aku Ingin Ditelepon Soeharto (catatan: biasanya terjadi pada saat pembentukan kabinet)<br />Bambang = Bagaimanapun Aku Memang BANGsat<br />Bimantara = Bambang Ingin Menguasai nusANTARA<br />Bimantara = BIni, Mantu, Anak TAmak dan RAkus<br />Golkar = GOLongan KOruptor and Rakus<br />Habibi = Habis bikin bingung (menjual)<br />Habibi = Hanya bisa bikin<br />HARMOKO = gayanya garang bagai HARimau, lucu kayak MOnyet, tukang jilat kayak Kodok<br />HARMOKO = HARi-hari oMOng Kosong<br />IMF = Indonesia Makin Fatal<br />Internet = Indomie Telur dan Cornet<br />Internet = Indonesia terkenal negatif terus<br />Korpri = Korban printah<br />KUHP = Kasih Uang Habis Perkara<br />LUBER = LUBangi BERingin<br />NIP = Nrimo Ing Pandum (Nerima apa adanya, gaji PNS kecil)<br />PBB = Pajak untuk Babe-Babe<br />PEMILU = PENipuan Umum<br />PKI = Partai kolusi antar birokrat militer konglomerat Indonesia<br />PORKAS = Penyebab Orang Rusak Karena Ajaran Soeharto<br />PPP = Putra Putri Presiden (nan rakus)<br />PRABOWO = PRAwan BOleh Waria Oke<br />SDSB = Soeharto Dalang Segala Bencana<br />SIGIT = Suka Itunya digiGIT<br />STTNAS = Soeharto Turun Tahta Negara Aman Sentosa<br />Suharto = SUdah HArus Tobat<br />Suharto = SUka HARta dan arTO<br />Supersemar = SUharto PERgi SEperti MARcos<br />Surjadi = SURuh apa saJA jaDI<br />Timor = Tommy Ingin Maya Olivia Rumantir<br />Timor = Tommy Itu Memang Orang Rakus<br />Turunkan harga = Turunkan Harto dan Keluarga<br />Tutut = Tanpa malu Terima Upeti Terus (sampai mati)<br />Tutut = Tanpa Usaha Tapi Untung Terus<br />TVRI = TV Ribut Iuran<br />UUD '45 = Usaha untuk dilestarikan (walau ada beberapa kelemahan)Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-68465991138284615912009-03-13T13:11:00.000-07:002009-03-13T13:12:16.087-07:00Yang Boleh Dan Yang TIdak<span style="font-weight:bold;">Yang Boleh Dan Yang TIdak<br /></span><br /><br />Seorang jendral Militer mengundang para wartawan guna memberi arahan apa yang boleh diberitakan dan apa yang tidak boleh diberitakan.<br /><br />"Berita Suksesi tidak boleh ditulis, Presiden tidak suka. Pemogokan buruh, jangan ditulis, nanti terjadi konflik. Berita korupsi tidak boleh dipolitisir, wibawa pemerintah rusak. Monopoli tidak boleh menyebut keluarga Presiden, itu tidak etis. Politik tidak boleh memihak rakyat, nanti resah. Kenaikan harga tidak boleh dijadikan berita utama, rakyat nanti marah. Berita ini tidak boleh.... Berita ini tidak boleh....dst."<br /><br />Seorang wartawan muda yang tidak sabar lalu menyela, "kalau begitu Jendral, apa yang boleh kami beritakan?"<br /><br />Si Jendral menjawab dengan tenang, " kalian beritakan yang barusan saya ucapkan!"Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-41009261645258151162009-03-13T13:09:00.000-07:002009-03-13T13:10:35.077-07:00Rehabilitasi oleh Tuhan<span style="font-weight:bold;">Rehabilitasi oleh Tuhan</span><br /><br /><br />Di akherat, Tuhan memerintahkan malaikat untuk memberi rehabilitasi pada para jendral militer yang banyak membunuh rakyat. Untuk itu mereka akan dikirim kembali dunia, dan ditanyakan apa yang akan dilakukan.<br /><br />Jendral Franco dari Spanyol, "terima kasih Tuhan, aku akan meminta maaf pada rakyatku, lalu menjadi biarawan dan memuji namaMu."<br /><br />Jendral Salazar dari portugal, "terima kasih Bunda Maria, aku akan pergi dari pintu ke pintu di seluruh negeri untuk minta dikasihani."<br /><br />Jendral Pinochet dari Chile. "terima kasih Jesus, aku akan menjadi buruh miskin dan memimpin mereka melawan ketidakadilan."<br /><br />Seorang Jendral dari Indonesia berkata, "Ampun Tuhan! Tolong jangan kirim saya ke dunia! Kirim saja saya ke neraka. Biarlah 2 Juta orang komunis menghujat saya, Ribuan dan ratusan warga Priok, Nipah, Lampung, Tim-Tim, Aceh , dan korban 27 Juli mengumpat saya! Di dunia sana, 190 juta orang tidak segan untuk membunuh saya dua kali."Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-63701743551923640452009-03-13T13:08:00.001-07:002009-03-13T13:08:48.525-07:00Rajane Presiden<span style="font-weight:bold;">Rajane Presiden</span><br /><br /><br /><br />... ada pejabat pemerintah Indonesia mengadakan peninjauan lapangan di sebuah kampung di pelosok Pulau Madura (Jatim). Seperti biasanya kalau ada pejabat pemerintah (dari Jakarta) yang datang masyarakat dikumpulkan untuk menyambut tamu tersebut, sekalian untuk tatap-muka dan berdialog. ... setelah berdialog kesana-kemari akhirnya pejabat tersebut ingin mengetest pengetahuan masyarakat setempat ..., maka dia tanya kepada seorang pria berumur 40 tahunan ..., sebut saja bapak A.<br /><br />Pejabat: " ... bapak A, apakah bapak tahu siapa presiden Republik Indonesia?"<br /><br />Bapak A: " ... yok apa sey (gimana sih), ... presiden Republik Indonesia ... ya banyak sekali pak!"<br /><br />Pejabat (... sedikit bingung dan geli ...): "Lho ... apa maksud bapak?"<br /><br />Bapak A: "Yaah ... presiden Republik Indonesia memang banyak pak, tergantung keadaan pak, ... kadang-kadang ya pak Harmoko (ket: MenPen), ... kadang-kadang ya pak Ali Alatas (ket: MenLu), ... tergantung lah pak, ... siapa yang muncul di televisi ..."<br /><br />Pejabat ( ... masih geli dan tetap ingin tahu ... ): "Nah ... kalau begitu siapa dong Pak Harto itu?"<br /><br />Bapak A (dengan semangat tinggi menjawab): "Wah kalau Pak Harto itu jelas RAJANE PRESIDEN ... pak!"Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-31408653688982039002009-03-13T13:06:00.001-07:002009-03-13T13:06:48.297-07:00Dimana Otaknya<span style="font-weight:bold;">Dimana Otaknya<br /></span><br /><br />Seorang Indonesia menderita kecelakaan parah sehingga membutuhkan operasi otak yang canggih di USA. Dokter di USA yang sedang melakukan operasi tersebut melakukan pembedahan pada kepala korban, namun terjadi heboh besar karena ternyata didalam kepala korban tidak terdapat otak. Karena mengalami jalan buntu, dokter tersebut menelpon koleganya yang biasa menangani operasi otak orang Indonesia. Kolega ini dengan tenangnya menyarankan agar dokter tersebut jangan mencari otak orang Indonesia di kepala tetapi di "dengkul" (= lutut) ... voila ... ternyata setelah dicheck ... memang betul otak orang Indonesia tersebut betul-betul di "dengkul."Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-35862517500523185662009-03-13T13:01:00.000-07:002009-03-13T13:05:19.310-07:00Obral Otak<span style="font-weight:bold;">Obral Otak</span><br /><br />Pada 30 tahun yang akan datang, teknologi rekayasa genetika sudah demikian berkembangnya, sehingga cangkok otak sudah dapat dilaksanakan dengan mudah. Oleh karena itu banyak otak yang diawetkan menunggu pasien yang membutuhkan. Di suatu bank/toko donor otak dijual otak dari berbagai negara di dunia. Dibawah ini adalah daftar harga otak berdasarkan negara asal.<br /><br />Asal Otak Harga<br />USA free/obral/sale<br />Inggris Rp. 1.000.000,-<br />Jerman Rp. 900.000,-<br />Jepang Rp. 100.000,-<br />... ...<br />Indonesia Rp. 1.000.000.000,-<br /><br />Melihat daftar harga yang semacam itu, seorang turis yang masuk toko tersebut menjadi heran, terus dia bertanya kepada yang empunya toko<br /><br />"Pak, ... maaf pak kelihatannya daftar harga anda itu salah dan terbalik"<br /><br />Yang punya toko: "Oh ... tidak bung, harga otak tersebut memang betul, ... otak yang termurah adalah otak USA dan Jepang karena sering digunakan jadi sudah rongsokan, ... kalau anda membutuhkan otak, yang terbaik adalah otak Indonesia, karena masih orisinil, belum pernah dipakai selama hidup ..."Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-78098547461656945682009-03-13T12:58:00.000-07:002009-03-13T12:59:59.342-07:00Mohon Petunjuk<span style="font-weight:bold;">Mohon Petunjuk</span><br /><br />Pada waktu mengadakan kunjungan kerja ke daerah meninjau kelompencapir (kelompok penjilat, pengecap dan tukang sihir). Menteri Harmoko disertai para punakawan (al. Dirjen RTF, PPG dan Direktur TVRI=TV Ribut Iuran) menaiki pesawat dengan gayanya yang kocak dan khas. Seorang pramugari yang tergopoh-gopoh (karena melayani menteri) secara tidak sengaja menyenggol topi yang dipakai bapak menteri kita ini, sehingga topi tsb. terjatuh.<br />Sang pramugari secara spontan dan wajah sedikit ketakutan segera minta maaf dan akan mengambil topi yang terjatuh itu. Tapi apa yang terjadi? Harmoko segera menghardiknya "Stop, jangan diambil dulu !" Sang pramugari bertanya dengan nada heran "Kenapa pak?"<br /><br />"Saya akan minta petunjuk dahulu kepada Bapak Presiden" jawab Harmoko kalem, sambil memberi perintah pada salah seorang punakawan untuk mengontak Cendana melalui HP-nya.Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-87331796170889076592009-03-13T12:56:00.000-07:002009-03-13T12:57:26.944-07:00Srimulat<span style="font-weight:bold;">Srimulat</span><br /><br /><br />Beberapa tahun silam, panggung Sri Mulat (kelompok lawak tradisional asal Jawa Timur) di Taman Ria - Senayan ditutup. Apa pasal? Menurut desas-desus yang beredar di kalangan seniman lawak dikatakan bahwa bubarnya Sri Mulat di Taman Ria - Senayan karena "kalah lucu" dengan banyolan para anggota DPR yang kebetulan berlokasi di dekatnya.<br /><br />Benar tidaknya wallahualam, karena nyatanya Sri Mulat jadi sepi penonton.Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-49975423806528630462009-03-13T12:53:00.000-07:002009-03-13T12:54:28.853-07:00Benazir Bhutto dan Tutut<span style="font-weight:bold;">Benazir Bhutto dan Tutut</span><br /><br /><br /><br />Mbak Tutut, anak Soeharto, sangat ambisius sekali untuk menjadi pemimpin negara, walaupun kemampuannya hanya begitu-begitu saja. Saking ambisinya, Tutut berusaha menghubungi orang-orang beken dunia untuk dimintai nasehat. Yang menjadi pilihan Tutut untuk dimintai nasehat adalah perdana menteri wanita Pakistan, Benazir Bhutto.<br /><br />Pada konsultasi yang pertama melalui telepon, Tutut bertanya, "Mbak Benazir, coba tolong saya, bagaimana sih caranya untuk bisa menjadi presiden."<br /><br />"Oh, itu mudah," ujar Benazir, "coba Mbak Tutut memakai kacamata seperti saya."<br /><br />Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir, memakai kacamata. Namun sudah sebulan menggunakan kacamata, tetap tidak dipilih mejadi presiden. Terus dia telepon lagi Benazir.<br /><br />"Mbak Benazir, gimana nih," kata Tutut, "masak saya sudah memakai kaca mata, kok masih belum dipilih juga menjadi presiden."<br /><br />"Oh, memang masih ada syarat yang lainnya sih," ujar Benazir, "coba Mbak Tutut memakai kerudung seperti saya."<br /><br />Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir, memakai kerudung. Ternyata berhasil, sesudah sebulan menggunakan kerudung, Tutut akhirnya diangkat menjadi menteri lauk-pauk (= menteri Soksial). Namun dasar rakus dan ambisius, Tutut tetap ingin mejadi presiden. Terus dia telepon lagi Benazir.<br /><br />"Mbak Benazir, gimana nih," ujar Tutut di telepon, "masak saya sudah berkacamata dan berkerudung seperti Mbak Benazir, tetapi kok saya cuma dipilih jadi menteri. Gimana sih syaratnya supaya jadi presiden."<br /><br />Dengan agak sungkan Benazir menjawab, "Memang sih, masih ada syarat yang lain, cuma yang ini paling berat dan mungkin anda tidak mampu melaksanakannya!"<br /><br />Tutut karena penasaran dan ambisius, dengan semangat berapi-api bertanya lagi, "Ayo donk Mbak Benazir, katakan saja syarat itu, saya pasti akan melaksanakannya."<br /><br />Benazir Bhutto tetap saja sungkan memberitahukan syarat yang terakhir itu, namun karena didesak oleh Tutut berkali-kali, akhirnya Benazir berkata, "Begini dik Tutut, supaya anda dapat menjadi presiden, anda harus mengikuti langkah saya yaitu bapak anda harus digantung seperti yang dialami bapak saya."Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-51394057443306948362009-03-13T12:50:00.000-07:002009-03-13T12:51:34.170-07:00Kiat Tommy Menurunkan Harga Semen<span style="font-weight:bold;">Kiat Tommy Menurunkan Harga Semen</span><br /><br /><br />Pada saat wawancara di TV, Tommy menyombongkan diri bahwa dia bisa menurunkan harga semen secara cepat. Pewawancara dengan sigap bertanya, "Bagaimana caranya?" Tommy dengan kalemnya menjawab, "Bentuk saja Badan Penyangga Perdagangan Semen, pasti harga semen akan turun. Seperti saat BPPC dibentuk, harga cengkeh langsung turun drastis."Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-51566576728730868802009-03-13T12:47:00.000-07:002009-03-13T12:49:30.639-07:00Pengalaman Pak HArto<span style="font-weight:bold;">Pengalaman Pak HArto</span><br /><br /><br />Seperti jamaknya pensiunan jendral ABRI di negara kita, mereka masih dipekerjakan di sektor swasta atau di lembaga-lembaga lain yang membutuhkan atau dipaksa untuk membutuhkan. Kata mereka yang membela sistem ini adalah untuk mengurangi dampak negatif dari apa yang terkenal dengan "post power syndrome."<br /><br />Rupanya Soeharto pun tidak lepas dari kerangka berpikir seperti di atas. Jadi dia memang masih berharap jika dia pensiun dari presiden, masih dibutuhkan di tempat lain.<br /><br />Namun, sebagai jendral, rupanya dia sudah membayangkan skenario yang bakal terjadi kalau dia pensiun. Beginilah bayangan dia: "Kalau saya nanti pensiun, dan akan ditempatkan di suatu perusahaan, pasti akan diadakan wawancara dahulu." Kemudian Soeharto membayangkan percakapan dalam wawancara tersebut adalah sebagai berikut:<br /><br />Pewawancara, "Pak Harto, apakah pengalaman bapak sebelum ini?<br /><br />Soeharto menjawab, "Saya berpengalaman menjadi presiden!"<br /><br />Pewawancara, "Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik isteri?"<br /><br />Soeharto menjawab dengan agak malu, "Saya tidak berpengalaman"<br /><br />Pewawancara, "Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik anak?"<br /><br />Soeharto menjawab dengan tersipu, "Saya tidak berpengalaman"<br /><br />Pewawancara terus saja melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan kepada orang-orang biasa, ternyata setiap pertanyaan tersebut dijawab oleh Soeharto dengan "tidak berpengalaman" yang tentu saja betul. Oleh karena itu, Soeharto, setelah membayangkan kemungkinan diterima untuk menjadi pegawai di suatu perusahaan adalah kecil, dan mengingat dia tidak punya pengalaman selain menjadi presiden, maka dia bersumpah dalam hati: "Aku harus jadi presiden, sampai mati!, karena itu saja yang saya pengalaman."Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-3933146696614800562008-12-08T09:13:00.000-08:002008-12-08T09:14:35.233-08:00Kejujuran CIntaPERCINTAAN bukan pasti berakhir dengan perkahwinan, malah ada pasangan yang bercinta bagai Laila dan Majnun tetapi akhirnya putus di pertengahan jalan.<br /><br />Justeru, apabila mengingatkan kisah percintaan lama, pasti ramai di antara kita yang tersenyum sendiri. Bagi lelaki dan wanita, mereka tentu mempunyai kisah percintaan sendiri yang kadangkala jika ditulis boleh dibuat novel.<br /><br />Ada yang kecewa akibat bercinta mengambil keputusan terus membujang sehingga tua, seolah-olah cinta pertama itu terlalu agung dan tidak boleh diganti dengan percintaan lain.<br /><br />Namun, bagi kebanyakan kita, jodoh pertemuan ketentuan Ilahi. Justeru, apabila gagal dalam percintaan pertama, kedua dan seterusnya, masih ada ruang untuk mengubat kedukaan itu.<br /><br />Apabila menjadi suami isteri, kadangkala teringat juga kisah percintaan lama. Ada di antara kita yang berani untuk memberitahu pasangannya mengenai cerita cinta yang pernah ditempuhi dan bagi yang lain menyimpan dalam memori sendiri.<br /><br />Setiap orang pasti memiliki kisah masa lalu, sama ada buruk atau indah. Timbul persoalan, adakah kisah masa lalu yang buruk itu perlu diceritakan kepada kekasih kita?<br /><br />Adakah jika diceritakan akan membuktikan betapa dalamnya cinta anda dan pasangan? Atau adakah dengan membuka cerita cinta lama itu akan merosak dan memporak-porandakan hubungan anda?<br /><br />Ada yang berkata, jika anda tidak menyampaikan kisah cinta masa lalu, maka anda akan menjadi seorang pembohong di hadapan orang yang anda cintai dan anda tidak mungkin dapat mencintainya sepenuh hati.<br /><br />Ini berlaku terutama kepada pasangan yang berkomitmen untuk bersama-sama selamanya, justeru setiap orang berhak mengetahui kisah pasangan yang dicintainya itu.<br /><br />Namun, sebelum anda ingin menceritakan kisah percintaan masa lalu, pastikan pasangan anda bersedia menerima segala masa lalu anda dan melupakannya!<br /><br />Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyingkap masa lalu:<br /><br />- Bagaimana keadaan anda ketika melalui saat-saat percintaan dengan bekas kekasih anda.<br /><br />- Kehidupan sekarang lebih baik daripada masa lalu.<br /><br />- Cerita percintaan masa lalu itu akan meningkatkan kualiti cinta anda.<br /><br />- Ceritakan percintaan masa lalu yang boleh memberi manfaat kepada kehidupan anda dan pasangan ketika ini.<br /><br />- Jalani hubungan anda dan pasangan dengan saling menanamkan kepercayaan dalam hubungan cinta.<br /><br />- Tanamkan dalam diri hubungan ketika ini amat penting, justeru anda jujur untuk menceritakan kisah percintaan masa lalu.Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-17265345365985939492008-12-08T09:09:00.000-08:002008-12-08T09:10:09.756-08:00Kisah CintaNamaku Linda dan aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberikanku sebuah pengajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat dan mengagumkan seperti dalam novel-novel romantis, tetapi tetap bagiku ia adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari semua novela tersebut.<br />Ini adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi dan ibuku, Yasmine Ghauri. Mereka bertemu di sebuah majlis resepsi pernikahan dan kata ayahku dia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk ke dalam ruangan. Saat itu dia tahu, inilah wanita yang akan dikahwininya. Ia menjadi kenyataan dan mereka telah bernikah selama 40 tahun dengan tiga orang anak. Aku anak sulung, telah berkahwin dan memberikan mereka dua orang cucu. Ibu bapaku hidup bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi ibu bapa yang sangat baik bagi kami, membimbing kami dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan.<br />Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Beberapa jiran kami mengajak ibuku pergi ke pembukaan pasaraya yang menjual alat-alat keperluan rumah tangga. Mereka mengatakan hari pembukaan adalah waktu terbaik untuk berbelanja barang keperluan kerana barang sangat murah dengan kualiti yang berpatutan.<br />Tapi ibuku menolaknya kerana ayahku sebentar lagi akan pulang dari kerja. Kata ibuku,”Ibu tak akan pernah meninggalkan ayahmu sendirian”.<br />Perkara itu yang selalu ditegaskan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang wanita, aku wajib bersikap baik terhadap suamiku dan selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sihat mahupun sakit. Seorang wanita harus menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu. Menurut mereka, itu hanyalah lafaz janji pernikahan, omongan kosong belaka. Tapi aku tetap mempercayai nasihat ibuku.<br />Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami sekeluarga mengalami berita duka. Setelah ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi dan menjadi lumpuh. Doktor mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi, dia harus menghabiskan sisa hidupnya di pembaringan.<br />Ayahku, seorang lelaki yang masih sihat di usia tuanya. Tetapi dia tetap setia merawat ibuku, menyuapinya, bercerita segala hal dan membisikkan kata-kata cinta pada ibu. Ayahku tak pernah meninggalkannya. Selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya. Ayahku pernah mengilatkan kuku tangan ibuku, dan ketika ibuku bertanya ,”Untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua dan hodoh sekali”.<br />Ayahku menjawab, “Aku ingin kau tetap merasa cantik”.<br />Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.<br />Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”Kau tahu, Linda. Ayahmu tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?”<br />Aku menggeleng, dan ibuku berkata, “Kerana aku tak pernah meninggalkannya…”<br />Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi dan Ibuku, Yasmine Ghauri, mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggungjawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya.Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-49563434096586670972008-12-08T09:05:00.001-08:002008-12-08T09:05:37.946-08:00BingungSemalam mentari menghilang<br />dan siang ini bulan ikut serta<br /><br />Sungguh…<br />Cukup lama kunanti ia terbit<br />Hingga kusadari langit t’lah gelap<br /><br />Sungguh…<br />Cukup lama kutunggu pijar bintang<br />Hingga kusadari salah jam<br /><br />Kemarin…<br />Lautan masih kekeringan, sebab<br />Daratan masih saja kebanjiran<br /><br />Kemarin…<br />Apa yang tampak masih saja tak terlihat<br />dan yang tersembunyi menyeruak dengan mudahnya<br /><br />Bingung aku…Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-2124059315231015252008-12-08T09:04:00.000-08:002008-12-08T09:05:00.071-08:00Lorong WaktuKesepian hati…<br />Adakah benar adalah lorong waktu kebahagiaan ?<br />Kesunyian hati…<br />Adakah sungguh adalah suara merdu saat usia senja ?<br /><br />Aku takut, aku salah kira<br />Meski kusadari kini ku di tengah itu semua<br />Aku hanya dapat bertanya<br />Tanpa sedikitpun kepastian akan jawabnyaAlummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-34576719146221058322008-12-08T09:00:00.000-08:002008-12-08T09:03:17.036-08:00Cinta SejatiCinta sejati takkan pernah sanggup tuk diungkapkan<br />Meski lewat lagu… atau lewat puisi<br />Cinta sejati tak mudah untuk dilukiskan<br />Melalui sebentuk langit biru… atau segarnya udara pagi<br /><br />Cinta sejati takkan pernah bisa beranjak pergi<br />Meski masanya sirna… dan ceritanya tak lagi putih<br />Cinta sejati tak mudah untuk digoyah<br />Walau godaan menderu… dan kenikmatan dunia mengimaji<br /><br />Hingga esok tak lagi ada<br />Sejak terasa waktu pertama<br />Hingga dunia menjadi abadi<br />Tak berubah semua di hatiAlummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-6266770501139926522008-12-08T08:41:00.000-08:002008-12-08T08:42:45.554-08:00Tak Cukup Hanya CintaTak Cukup Hanya Cinta<br /><br />Category: Renungan<br /><br />"Sendirian aja dhek Lia? Masnya mana?", sebuah pertanyaan tiba-tiba mengejutkan aku yang sedang mencari-cari sandal sepulang kajian tafsir Qur’an di Mesjid komplek perumahanku sore ini. Rupanya Mbak Artha tetangga satu blok yang tinggal tidak jauh dari rumahku. Dia rajin datang ke majelis taklim di komplek ini bahkan beliaulah orang pertama yang aku kenal disini, Mbak Artha juga yang memperkenalkanku dengan majelis taklim khusus Ibu-ibu dikomplek ini. Hanya saja kesibukan kami masing-membuat kami jarang bertemu, hanya seminggu sekali saat ngaji seperti ini atau saat ada acara-acara di mesjid. Mungkin karena sama-sama perantau asal Jawa, kami jadi lebih cepat akrab.<br /><br />"Kebetulan Mas Adi sedang dinas keluar kota mbak, Jadi Saya pergi sendiri", jawabku sambil memakai sandal yang baru saja kutemukan diantara tumpukan sandal-sendal yang lain. "Seneng ya dhek bisa datang ke pengajian bareng suami, kadang mbak kepingin banget ditemenin Mas Bimo menghadiri majelis-majelis taklim", raut muka Mbak Artha tampak sedikit berubah seperti orang yang kecewa. Dia mulai bersemangat bercerita, mungkin lebih tepatnya mengeluarkan uneg-uneg. Sebenarnya aku sedikit risih juga karena semua yang Mbak Artha ceritakan menyangkut kehidupan rumahtangganya bersama Mas Bimo. Tapi ndak papa aku dengerin aja, masak orang mau curhat kok dilarang, semoga saja aku bisa memetik pelajaran dari apa yang dituturkan Mbak Artha padaku. Aku dan Mas Adi kan menikah belum genap setahun, baru 10 bulan, jadi harus banyak belajar dari pengalaman pasangan lain yang sudah mengecap asam manis pernikahan termasuk Mbak Artha yang katanya sudah menikah dengan Mas Bimo hampir 6 tahun lamanya.<br /><br />"Dhek Lia, ndak buru-buru kan? Ndak keberatan kalo kita ngobrol-ngobrol dulu", tiba-tiba mbak Artha mengagetkanku. " Nggak papa mbak, kebetulan saya juga lagi free nih, lagian kan kita dah lama nggak ngobrol-ngobrol", jawabku sambil menuju salah satu bangku di halaman TPA yang masih satu komplek dengan Mesjid.<br />Dengan suara yang pelan namun tegas mbak Artha mulai bercerita. Tentang kehidupan rumah tangganya yang dilalui hampir 6 tahun bersama Mas Bimo yang smakin lama makin hambar dan kehilangan arah.<br /><br />"Aku dan mas Bimo kenal sejak kuliah bahkan menjalani proses pacaran selama hampir 3 tahun sebelum memutuskan untuk menikah. Kami sama-sama berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja dalam hal agama", mbak Artha mulai bertutur. "Bahkan, boleh dibilang sangat longgar. Kami pun juga tidak termasuk mahasiswa yang agamis. Bahasa kerennya, kami adalah mahasiswa gaul, tapi cukup berprestasi. Walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin tidak meninggalkan sholat. Intinya ibadah-ibadah yang wajib pasti kami jalankan, ya mungkin sekedar gugur kewajiban saja. Mas Bimo orang yang sabar, pengertian, bisa ngemong dan yang penting dia begitu mencintaiku, Proses pacaran yang kami jalani mulai tidak sehat, banyak bisikan-bisikan syetan yang mengarah ke perbuatan zina. Nggak ada pilihan lain, aku dan mas Bimo harus segera menikah karena dorongan syahwat itu begitu besar. Berdasar inilah akhirnya aku menerima ajakan mas Bimo untuk menikah".<br />"Mbak nggak minta petunjuk Alloh melalui shalat istikharah?", tanyaku penasaran. "Itulah dhek, mungkin aku ini hamba yang sombong,untuk urusan besar seperti nikah ini aku sama sekali tidak melibatkan Alloh. Jadi kalo emang akhirnya menjadi seperti ini itu semua memang akibat perbuatanku sendiri"<br /><br />"Pentingnya ilmu tentang pernikahan dan tujuan menikah menggapai sakinah dan mawaddah baru aku sadari setelah rajin mengikuti kajian-kajian guna meng upgrade diri. Sejujurnya aku akui, sama sekali tidak ada kreteria agama saat memilih mas Bimo dulu. Yang penting mas Bimo orang yang baik, udah mapan, sabar dan sangat mencintaiku. Soal agama, yang penting menjalankan sholat dan puasa itu sudah cukup. Toh nanti bisa dipelajari bersama-sama itu pikirku dulu. Lagian aku kan juga bukan akhwat dhek, aku Cuma wanita biasa, mana mungkin pasang target untuk mendapatkan ikhwan atau laki-laki yang pemahaman agamanya baik", papar mbak Artha sambil tersenyum getir.<br /><br />Aku perbaiki posisi dudukku, aku pikir ini pengalaman yang menarik. Rasa penasaran dan sedikit nggak percaya karena Mbak Artha yang aku kenal sekarang adalah tipikal wanita sholehah, berhijab rapi, tutur kata lembut, tilawahnya bagus dan smangatnya luar biasa. Benar-benar jauh dari profil yang di ceritakan tadi. Ternyata benar kata pepatah, bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga. Mungkin bertolak dari minimnya pengetahuan agama, akhirnya mbak Artha berusaha keras untuk meng-up grade diri. Dan subahanalloh hasilnya sungguh menakjubkan. Mbak Artha mekar laksana bunga yang sedang tumbuh di musim semi, tapi siapa sangka ternyata indahnya bunga itu tak lain karena kotoran-kotoran hewan yang menjadi pupuk disepanjang kehidupannya.<br /><br />Rupanya harapan mbak Artha untuk bisa menimba ilmu agama bersama-sama sang suami tinggal impian. Mas Bimo yang diharapkan bisa menjadi katalisator dan penyemangat ternyata hanya jalan ditempat. Hapalan Juz Amma nya belum bertambah, tilawah Al Qur'an-nya masih belum ada perbaikan masih belum lancar. Sementara kesibukannya sebagai Brand Manager di salah satu perusahaan Telco milik asing, makin menyita waktu dan perhatiannya. Masih syukur bisa mengahabiskan weekend bersama Mbak Artha dan Raihan anak semata wayang mereka, kadang weekend pun mas Bimo harus ke kantor atau meeting dan lain-lain. Tidak ada waktu untuk menghadiri majelis taklim, tadarus bersama bahkan sholat berjama’ah pun nyaris tidak pernah mereka lakukan.<br /><br />Aku jadi teringat khutbah pernikahanku dengan Mas Adi, waktu itu sang ustad berkata "Rumah tangga yang didalamnnya ditegakkan sholat berjam’ah antara anggota keluarga serta sering dikumandangkan ayat-ayat Allloh akan didapati kedamaian dan ketenangan didalamnya"<br />"Dhek....", suara mbak Artha membuyarkan lamunanku. "Iya mbak, saya masih denger kok. Saya hanya berpikir ini semua bisa menjadi ladang amal buat mbak Artha", jawabku sigap supaya nggak terlihat kalau emang lagi ngelamun.<br /><br />"Pada awalnya aku juga berpikir seperti itu dhek. Aku berharap Mas Bimo juga memiliki keinginan yang sama dengan ku untuk memperdalam pengetahuan kami terhadap Islam. Aku cukup gembira ketika mas Bimo menyambut ajakanku untuk sama-sama belajar. Namun dalam perjalanannya, smangat yang kami miliki berbeda. Mas Bimo seolah jalan ditempat. Sempat miris hati ini ketika suatu saat aku meminta beliau menjadi imam dalam sholat magrib. Bacaan suratnya masih yang itu-itu juga dan masih terbata-bata.Aku baru tau bahwa dia belum pernah khatam Qur’an. Harusnya kan suami itu imam dalam keluarga ya dhek?", mata mbak Artha mulai berkaca-kaca.<br /><br />"Apa harapanku terlalu tinggi terhadap suamiku? Bukankah harusnya suami itu adalah Qowwam, pemimpin bagi istrinya. Lalu bagaimana jika sang pemimpin saja belum memiliki bekal yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin?", suara mbak Artha mulai bergetar.<br /><br />"Terkadang aku ingin sekali tadarus bersama suami, tapi itu semua nggak mungkin terjadi selama suamiku tidak mau belajar lagi membaca Al-qur'an. Aku juga merindukan sholat berjama’ah dimana suami menjadi imannya sementara kami istri dan anak menjadi makmumnya. Apa keinginanku ini berlebihan dhek?", tampak bulir bening mulai mengalir dipipi mbak Artha.<br /><br />"Berbagai cara sudah ku coba, supaya Mas Bimo bersemangat memperbaiki diri terutama dalam hal ibadah. Tentunya dengan sangat hati-hati supaya tidak menyinggung perasaannya dan supaya tidak berkesan menggurui. Aku mulai rajin mengikuti kajian-kajian keislaman, mencoba sekuat tenaga untuk sholat 5 waktu tepat pada waktunya dan tilawah qur’an setelah sholat subuh. Bahkan berusaha bangun malam menunaikan tahajud serta menjalankan sholat dhuha dipagi hari. Semuanya itu kulakukan, dengan harapan mas Bimo pun akan menirunya. Aku berharap sekali dia terpacu dan semangat, melihat istrinya bersemangat", papar mbak Artha dengan suara yang agak tinggi.<br /><br />"Tapi sampai detik ini semuanya belum membuahkan hasil. Aku seperti orang yang berjalan sendirian. Tertatih, jatuh bangun berusaha menggapai cinta Alloh. Aku butuh orang yang bisa membimbingku menuju surga. Dan harusnya orang itu adalah Mas Bimo, suami ku"<br />Kurangkul pundaknya, sambil berbisik "sabar ya mbak, mudah-mudahan semuai harapanmu akan segera terwujud". Mbak Artha tampak agak tenang dan mulai melanjutkan ceritanya.<br /><br />"Dari segi materi materi apa yang Mas Bimo berikan sudah lebih dari cukup, overall Mas Bimo suami yang baik dan bertanggung jawab. Bahtera rumah tangga kami belum pernah diterpa badai besar, semuanya berjalan lancar. Sampai disuatu saat mbak mulai menyadari sepertinya bahtera kami telah kehilangan arah dan tujuan. Kami hanya mengikuti arus kehidupan yang smakin lama smakin membawa kami kearah yang tidak jelas. Kami sibuk dengan aktifitas kami masing-masing. Kehangatan, kemesraan, ungkapan sayang yang dulu paling aku kagumi dari Mas Bimo sedikit demi sedikit terkikis di telan waktu dan kesibukannya. Dan yang lebih parahnya lagi, unsur religi sama sekali tak pernah di sentuh Mas Bimo sebagai kepala keluarga. Fungsi qowam sebagai pemimpin dalam menggapai cinta hakiki dari Sang Pemilik Cinta, terabaikan. Mungkin karena memang bekalnya yang kurang. Sunguh, harapan menggapai sakinah dan mawaddah serta rahmah semakin hari kian jauh dari pandangan. Rumah tangga kami bagai tanpa ruh dan kering", suara mbak Artha mulai bergetar kembali.<br /><br />Aku jadi speachless nggak tau musti berkata apa lagi. Ternyata ketenangan rumah tangga mbak Artha, menyimpan suatu bara yang setiap saat bisa membakar hangus semuanya. Hanya karena satu hal, yaitu alpanya sentuhan spritual dalam berumahtangga. Atau mungkin juga adanya ketidaksamaan visi atau tujuan saat awal menikah dulu. Bukankan tujuan kita menikah adalah ibadah untuk menyempurnakan setengah agama. Idealnya, setelah menikah keimanan, ibadah kita makin meningkat. Karena ada suami yang akan menjadi murobbi atau mentor bagi istri, atau kalaupun sebaliknya jika istri yang lebih berilmu tidaklah masalah jika istri yang menjadi mentor bagi suami. Yang penting tujuan menyempurnakan dien guna menggapai sakinah dan mawaddah melalui cinta dan rahmah makin hari makin terwujud. Mungkin itulah sebabnya mengapa kreteria agama lebih diutamakan daripada fisik, harta dan keturunan.<br /><br />Ternyata cinta saja tak cukup untuk bekal menikah, begitupun dengan harta. Pernikahan merupakan hubungan secara emosional yang harus ditumbuhkan dengan sangat hati-hati, penuh kepedulian dan saling mengisi.Bahkan puncak kenikmatan sebuah pernikahan bukanlah dicapai melalui penyatuan fisik saja melainkan melalui penyatuan emosional dan spiritual. Pernikahan adalah sarana pembelajaran yang terus menerus. Baik untuk mempelajari karakter pasangan ataupun untuk meng upgrade diri masing-masing.<br /><br />"Dhek Lia....", Mbak Artha membuyarkan lamunanku. "Makasih ya dhek dah mau jadi kuping buat mbak", mbak Artha menggenggam tanganku sambil tersenyum. "Mbak yakin dhek Lia bisa dipercaya, do'akan supaya mbak diberikan jalan yang terbaik sama Alloh".<br />Aku pun tersenyum, "Insyaalloh mbak, makasih juga dah mau sharing masalah ini dengan saya. Banyak hikmah yang bisa saya dapat dari cerita mbak. Saya masih harus banyak belajar soal kehidupan berumah tangga mbak. Jazakillah".<br /><br />Tak terasa hampir 2 jam kami ngobrol di teras TPA. Kumandang adzan dhuhur, mengakhiri obrolan kami. Sambil menuju tempat wudhu mesjid untuk sholat dhuhur berja'maah kusempatkam mengirim sms ke mas Adi. "Mas aku kangen, kangen sholat bareng, kangen tadarus bareng cepet pulang ya Mas. Uhibbukafillahi Ta'ala" ***Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1686570192083006333.post-46591294926955659372008-12-08T08:36:00.000-08:002008-12-08T08:38:35.197-08:00Aku Ingin Mencintaimu dengan sederhanaPenulis : Inayati<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.<br /><br />Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”<br /><br />Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.<br /><br />Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.<br /><br />Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.<br /><br />Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.<br /><br />Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.<br /><br />Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.<br /><br />”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.<br /><br />”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.<br /><br />Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.<br /><br />Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.<br /><br />Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.<br /><br />”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.<br /><br />Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.<br /><br />Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.<br /><br />Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.<br /><br />”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.<br /><br />Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?<br /><br />Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?<br /><br />Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.<br /><br />Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.<br /><br />Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.<br /><br />Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.<br /><br />Aku ingin mencintaimu dengan sederhana<br /><br />Lewat kata yang tak sempat disampaikan<br /><br />Awan kepada air yang menjadikannya tiada<br /><br />Aku ingin mencintaimu dengan sederhana<br /><br />Dengan kata yang tak sempat diucapkan<br /><br />Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *<br /><br />For vieny, welcome to your husband’s heart.<br /><br />*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.Alummi s - 03http://www.blogger.com/profile/03609009263651748181noreply@blogger.com0